Malasmu Menghancurkanmu!
Kulwap Ke-8 Tema: Berbagi Pengalaman Menerbitkan Buku
Teman saya, pintar nggitar (main gitar) tapi susah banget kalau disuruh ngajarin nggitar. Satu lagi ketika saya bersekolah di SPG, ada pelatih ekskul musik yang pandai akord, pintar main gitar, tapi menurut saya tidak pandai ngajari main gitar. Ketika penjarian teman saya keliru, nada yang keluar sumbang. Beliau paham dan mengatakan “bukan itu, suaranya tidak pas”. Teman saya pun mengubah posisi jarinya dan masih “kurang pas” menurut beliau. Tetapi, si beliau ini tidak mau memberi contoh dan menuntut teman saya mengepaskan jari sesuai petunjuknya. Akhirnya, teman saya menjadi kurang enak dan “dongkol”.
Kuliah WhatsApp Bersama Om Jay Gelombang 15 pada tanggal 19 Agustus 2020 ini menghadirkan “pemain gitar” yang tidak saja piawai memetik senar menjadi lagu yang harmoni tetapi juga pandai mengajari. Yang belum bisa bermain gitar menjadi bisa, yang sudah bisa menjadi semakin mahir. Penulis yang saya istilahkan dengan “pemain gitar” tadi adalah Mas Akbar Zainudin.
Kuliah dibuka dengan penayangan video Mas Akbar sebagai berikut.
A. Tema
Setiap buku harus punya tema besar, baik buku fiksi maupun non fiksi, katanya. Tema akan menjadi rel yang mengikat kita dari awal tulisan hingga akhir. Tema cukup satu, misalnya: kerja keras, romantisme, cara belajar, dan sebagainya.
Bolehkah satu orang menulis berbagai tema buku? Untuk ini, dia tegas. Karena ini terkait dengan “branding”, berusahalah untuk fokus menulis satu tema tertentu, agar kita dikenal ahli dalam tema tersebut. Kalau temanya berubah-ubah, nanti orang bingung, kita ini sebenarnya ahli dalam bidang apa?
Jadi, buku Mas Akbar kebanyakan adalah buku-buku motivasi. Mbak Asma Nadia kebanyakan Novel. Ahmad Fuadi identik dengan penulis novel tentang pesantren dan kerja keras, dan sebagainya.
B. Outline atau Daftar Isi
Hal penting yang sering diabaikan orang adalah “merasa tahu apa yang ditulis sehingga tidak ada outline dan langsung menulis. Yang terjadi selanjutnya adalah tulisan tidak terarah. Tulisan terasa “melenceng” dan “lari ke nana-mana” tidak tahu jalan akhirnya. Pernahkah Anda melakukannya? Mengalami hal yang demikian? Apakah bukunya akan selesai? Tentu tidak.
Memiliki banyak ide itu bagus. Tetapi yang jauh lebih bagus adalah ide yang difokuskan. Cara memfokuskan ide adalah dengan membuat outline, demikian paparnya lagi.
Outline itu memiliki banyak kegunaan. Outline berguna agar tulisan kita terarah. Jika tulisan kita terarah, kita dapat membuat jadwal dan target. Jika kita memiliki target maka akn terhidar dari ngeblank pada saat menulis. akhirnya, tentu saja agar buku yang ditulis SELESAI.
Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana membuat outline yang baik dan lengkap? Jawaban pertanyaan ini, menurut penulis, adalah inti dari menulis sebelum menjadi tulisan. Berikut Mas Akbar, pria kelahiran Wangon Banyumas 47 tahun lalu ini, membagikan tipsnya.
1. Buku Nonfiksi
Prinsip dasar yang digunakan adalah what, why, how. What terkait pengertian, definisi, pembagian, jenis-jenis, dan sebagainya. Why adalah tentang alasan (mengapa) buku ini ditulis, tujuannya apa dan manfaatnya apa. How ini berbicara tentang bagaimana, tips and trick, strategi, langkah-langkah, dan sebagainya. Where dan When bisa tidak digunakan.
Tidak lengkap jika memberi penjelasan tanpa contoh. Mas Akbar pun memberikan contoh membuat outline dengan tema “Santri dan Menulis”. Bagaimana outline-nya?
- Santri dan keterampilan menulis.
- Keterampilan apa saja yang dibutuhkan agar bisa menulis.
- Para ulama dan karya mereka dari masa lampau.
- dan seterusnya.
- Mengapa Santri Harus Menulis?
- Tujuan Menulis.
- Tantangan Mengapa Santri Harus Bisa Menulis.
- dan seterusnya.
- Bagaimana cara menulis?
- Bagaimana membangun disiplin menulis?
- Tips and Tricks Menjadi Penulis.
- dan seterusnya.
2. Buku Fiksi
Fiksi adalah cerita atau latar yang berasal dari imajinasi, dengan kata lain, tidak secara ketat berdasarkan sejarah atau fakta (Wikipedia). Pengertian fiksi menurut para ahli, beragam. Dikutip dari laman pengajar.co.id., pengertian fiksi menurut para ahli sebagai beikut.
Alternbernd dan Lewis (1966:14), fiksi adalah menyajikan permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan.
Wellek dan Warren (1956:212), fiksi adalah bangunan struktur yang koheren, dan tetap mempunyai tujuan estetik.
Semi (2008:76), fiksi adalah jenis narasi literer dan berupa cerita rekaan.
Abrams (1981:61), fiksi adalah cerita rekaan atau cerita khayalan atau karya naratif yang tidak menyaran pada kebenaran sejarah.
Krismarsanti (2009:1), fiksi adalah karangan yang berisi kisahan atau cerita yang dibuat berdasarkan khayalan atau imajinasi pengarang.
Sampai di situ, saya berhenti menulis resume ini, meletakkan kedua telapak tangan di pipi kanan kiri dan bibir berucap lirih, waow! Saya istirahat sebentar dan memutar kembali video Mas Akbar yang resumenya sedang saya tulis ini.
Setelah selesai menonton dan melakukan kegiatan lain, saya buka laptop kembali dan meneruskan draf pada blog yang baru separuh saya selesaikan.
Berikutnya, buku Mas Akbar (langsung saya pesan setelah diberitahu ada promonya) yang dikhususkan untuk panduan menulis buku berjudul “UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari” terdiri dari beberapa bagian besar dan kemudian dikembangkan menjadi daftar isi, yaitu:
Lengkap sekali kelihatannya dan tinggal mengikuti satu demi satu langkah-langkahnya untuk menjadi penulis buku, dan ini tujuan mengikuti kulwap kali ini kan? Makanya untuk melengkapi motivasi dari para narasumber kuliah menulis bersama Om Jay kali ini, tidak berapa lama saya langsung menghubungi Ibu Ikoh untuk memesannya. Maaf, ini ungkapan pribadi agar saya teringat jika buku tersebut pada saatnya sampai ke tangan saya.
Pembaca, setelah TOJTRP: tema dan outline, langkah menulis buku selanjutnya adalah membuat jadwal penulisan.
C. Jadwal
Kalau daftar isi sudah dibuat, misalnya ada 30 judul artikel atau plot cerita, selanjutnya mulailah membuat jadwal secara riil. Katakan 1 tulisan jadwalnya seminggu selesai, buatlah jadwalnya dari 30 tulisan itu kapan mau selesai. Dengan kita membuat jadwal, maka akan memudahkan kita untuk mengontrol dan mengevaluasi dari hasil tulisan kita.
Cara membuat jadwal sederhana saja. Buatlah tabel dengan 4 kolom, yang berisi nomor, judul artikel, target menulis (tanggal), dan keterangan. Isi nomor sesuai nomor urut, tuliskan judul artikel, perkirakan lama penulisan, buat tanggal yang ada saat ini, dan berilah keterangan sudah selesai atau belum artikel itu ditulis.
E. Revisi
Revisilah tulisan kalau semua draft tulisan sudah selesai. Jangan terpaku hanya satu judul sampai sempurna. Kurang-kurang sedikit, tidak apa-apa. Tahap pertama adalah menyelesaikan semua draft buku. Tahap kedua, baru revisi. Apa saja yang direvisi?
Hal-hal yang direvisi dari tulisan kita adalah:
1. Data dan informasi yang kurang.
2. Tata Bahasa
3. Gaya Tulisan. Disamakan dari awal hingga akhir.
4. Judul-judul artikel. Buatlah judul-judul yang menarik.
F. Penerbit
Langkah terakhir dalam menulis setelah direvisi adalah mengirimkan tulisan ke penerbit. Penerbitan buku adalah bisnis, menjual produk berupa buku karya penulis. Jadi, apa yang menjadi pertimbangan penerbit? Paling utama adalah bukunya laku atau tidak. Hal itu menyangkut kebutuhan masyarakat pembaca. Pertanyaan berikut adalah pertimbangan buku layak diterbitkan atau tidak.
- Apakah pembaca butuh buku kita?
- Siapa yang butuh?
- Berapa banyak orang yang butuh?
- Buku kita menjawab kebutuhan apa?
Semakin besar kebutuhan masyarakat akan buku kita, maka peluang diterbitkan semakin besar.
Karena itu, penulis 13 buku yang bercita-cita seperti HAMKA menulis 100 buku, mengatakan:
“Sebagai penulis, kita mesti memahami buku kita siapa yang akan beli dan siapa yang kira-kira akan baca. Apa yang bisa membedakan buku kita dari buku sejenis. Apa kelebihan kita dibandingkan dengan buku sejenis? Kita harus mampu menjawab pertanyaan ini. Karena hal itu yang akan menjadi pertanyaan dan juga pertimbangan penerbit.”
Pertanyaan penerbit berikutnya adalah, apa yang akan Anda lakukan untuk membantu pemasaran buku? Harus punya jawabannya, misalnya: seminar, pelatihan, diskusi buku, dan membangun komunitas. Jika itu semua belum bisa karena kita penulis pemula, iklan di media sosial adalah hal yang pasti bisa dilakukan.
Bagaimana cara mengirim naskah? Owner PT EMJEWE Training & Consulting ini juga membagikan tipsnya. Jika ingin mengirimkan naskah ke penerbit maka:
- Naskah harus sudah jadi.
- Diprint, dikirim dengan hard copy dan soft copy dalam bentuk diska cakram memori baca-saja atau bisa juga diska lepas atau kandar kilas USB (maaf, penulis carikan istilah bahasa Indonesia untuk CD dan Flashdis).
Kita bisa menunggu kabar diterima atau tidak sekitar 3 bulan.
Pada akhir kuliah, Mas Akbar banyak memberikan pencerahan perihal menulis. Jika dirangkum maka pencerahan dari pengagum mantra sakti “Man Jadda Wajada” yang diajarkan pertama kali saat ia masuk Pondok Modern Gontor dapat penulis uraikan sebagai berikut.
- Terkadang sukses itu memang harus dipaksa. Kalau kita tidak pernah memaksa diri kita, rasanya sulit kita akan berhasil. Menulis itu sebenarnya terdiri dari dua sisi; MENTAL dan KETERAMPILAN. Antara MAU dengan MAMPU. Pengalamannya berinteraksi dengan banyak penulis, masalah MENTAL ini jauh lebih penting. Kalau orang MAU berjuang, akan lebih cepat tulisannya selesai walaupun secara kemampuan biasa-biasa saja. Sebaliknya, kalau sudah tidak mau atau malas-malasan, walaupun sebenarnya kualitas tulisannya baik, akan sulit untuk cepat selesai.
- Kuncinya cuma satu: PAKSA DIRI untuk SUKSES. Agar bisa memaksa diri, selain target di depan, harus ada motivasi besar mengapa buku harus selesai. Sebagai guru misalnya tulisan bisa buat angka kredit, bisa buat branding personal. Guru sebenarnya tidak ada yang pemula atau newbie banget dalam menulis. Karena Bapak Ibu sudah biasa menulis selama ini. Menulis RPP, menulis laporan, tugas-tugas, dan sebagainya. Itu semua bekal yang sangat baik. Lagi pula waktu kuliah sudah biasa nulis makalah dan lulus dengan menulis skripsi.
- Buatlah waktu khusus untuk menulis SETIAP HARI. Misalnya pagi, siang, atau malam. Cukup 15-30 menit, SETIAP HARI. Misalnya sebelum subuh, setelah subuh, sore hari sebelum pulang, atau malam hari sebelum tidur. Kalau sudah dijadwalkan menulis setiap hari, maka kita akan otomatis DIPAKSA menulis. InsyaAllah jadwal akan bisa kita penuhi.
- Percaya diri. Tulisan yang sudah selesai dicetak dan disimpan dalam media penyimpan (CD/Flashdisk) segera kirimkan ke penerbit.
- Bukan hanya tahu cara menulis, tetapi praktik menulis. Contoh, bagaimana memulai sebuah kalimat? Pikirkan satu kata misalnya: zaman. Buatlah sebuah kalimat, misalnya: Zaman sekarang ini saatnya para guru berubah. Sekarang pikirkan kata berikutnya, misalnya: Mengapa. Mengapa harus berubah, karena zaman juga berubah. Begitu seterusnya sampai satu paragraf selesai. Satu paragraf selesai, disambung dengan paragraf berikutnya.
- Judul yang provokatif, memancing emosi pembaca, membuatnya penasaran, dan kalimatnya pendek. Judul “Malasmu Menghancurkanmu” lebih disukai ketimbang “Agar Kita Tidak Malas”.
- Melawan penghambat motivasi menulis. Melawan rasa malas, melawan rasa “tidak pede”, melawan “kekhawatiran”, dan melawan “menunda menulis” harus dilakukan. Melihat email atau WA mengetahui adakah komentar dari pembaca, salah satu cara membangkitkan motivasi. Kalau saya, penulis blog ini, sesekali melihat isi blog. Melihat bertambahnya pembaca dan komentar adalah cara untuk memotivasi diri. Pembaca, baca blog saya dan beri komentar juga ya, agar saya lebih termotivasi dalam menulis! He he he.
Menulis adalah tentang membuat hidup kita lebih hidup. Menulis adalah tentang bagaimana membangunkan semua potensi dalam diri secara maksimal. Saatnya kita tidak hanya membaca kesuksesan orang lain, saatnya menuliskan sejarah kesuksesan kita sendiri, begitu Mas Akbar mengakhiri penjelasannya. Terima kasih Mas Akbar, terima kasih pembaca yang rela menamatkan tulisan saya. Jangan lupa komentar, ya! Bahasa yang santun, tidak ada moderasi, langsung tampil.
https://akbarzainudin.com/profil/
https://id.wikipedia.org/wiki/Fiksi
https://pengajar.co.id/fiksi-adalah/
Tugumulyo, Musi Rawas, Sumatera Selatan, 1 Muharram 1442 H.
Silakan
Makasih
Mulai menemukan ritme sendiri. Keren pak
Betul sekali, santri sih (maaf bukan dikotomi santri dg bukan santri). Sebaik-baik orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Tidak ada rasa takut sedikit pun bakal tersaingi krn orang belajar ilmu yang dimiliki.
Keren banget ya pak D pak Akbar ini, jadi kepintaran nya bisa manfaatkan sehingga jadi bermanfaat. Kalau sudah manfaat amalpun takkan terputus
Bu Iin blognya banyak, wow
Aduh, apa iya. Padahal itu menampar diri saya loh.
Trims Bu Endar.
Luar biasa. Bagian pembukanya kreatif, inovatif.
Malasmu menghancurkanmu. Super sekali.
Dikasih tahu Bu Nora, disemangati Mas Akbar