Cabai Merah dan Cabai Rawit
Hari ini aku belajar pengalaman hidup dari cabai. Cabai merah baik yang licin maupun yang keriting kalah pedas dengan cabai rawit yang warnanya lebih muda dan bentuk badannya lebih pendek dari cabai merah tadi. Seperti itulah kaum ibu.
Jadi, Bapak dan Ibu guru, hati-hati jika Ibu Kepala Sekolah ucapannya sepotong-sepotong, pendek, alamat hatinya sedang kacau. Mungkin balonnya yang berjumlah lima juga baru saja meletus satu yang berwarna HIJAU, persis seperti warna cabai rawit.
Sebaliknya, jika perkataannya panjang, banyak kata-kata yang keluar, pertanda dia sedang senang hati, tidak marah, dan ramah. Maka, dekati dan ajaklah dia berbicara. Boleh jadi model, lotek, bakso, atau mi ayam bakal terhidang.
Maha suci Allah! Tidak ada yang sia-sia Ia menciptakan makhluk. Semua bisa menjadi pertanda atau mungkin bahasa religinya i’tibar.
Salam!
ILMUNYA OM JAY SDH BENAR’2 MERESAP…APAPUN. JADI..WOW..DLM GORESAN PAK D… KEREEENN
Pedesss dan langsung tepat sasaran
Wow…., Kang Santo memang the best dari semasa kukenal di SPG. Luarrrr biasa. Siiipppp
Bagus sekali pak..kata cabai..bisa mnjdi mkna yang menginspirasi
yang penting cabai asli. bukan cabe-cabean he…..
Pas sekali falsafah cabenya
Pokoknya apapun jadi ide di bapak super satu ini. Alhamdulillah bersyukur bisa gabung di sini.
Dari cabe pun bisa jadi bahan tulisan ya…
Sebagai Perumpamaan..
Menginspirasiku…
Cabai pun bisa jadi bahan isi konten…emg ya pak, kl udh pinter dari sononya ap pun bisa jadi bahan pembelajaran hidup. Filosofinya itu lhooo kok bisa kepikiran mpe ke situ…bakat atau apa ya pak
ada aja ide … kaya ide bnget