Begini Cara Membuat Biodata Narasi dengan Mudah
Salah satu keuntungan memiliki komunitas penulis adalah mudahnya mendapatkan tulisan keren rekan-rekan yang tersebar di blog tanpa harus searching di mesin pencari. Selain itu, kadang para admin mengadakan events menulis buku antologi dengan tema tertentu. Tujuannya tidak lain adalah mengasah kemampuan menulis dan berbagi tulisan di antara penulis. Selebihnya tentu bisa dijual.

Dalam setiap antologi, admin biasanya meminta biodata penulis dalam bentuk narasi misalnya paling banyak seratus kata. Setiap orang bebas menerjemahkan kata narasi di sini. Ada yang menerjemahkan sebagai pengungkapan biodata dalam bentuk cerita layaknya karya sastra, ada pula yang sekedar menceritakan biodatanya agar tidak terkesan kaku seperti mengisi sebuah formulir pendaftaran: nama, tempat tanggal lahir, dan sebagainya. Seorang teman anggota komunitas menulis dengan gaya sastranya yang menawan memberikan pendapatnya tentang menulis biodata dalam bentuk narasi sebagai berikut.
Untuk bisa membuat biodata narasi yang dibatasi jumlah kata atau paragraf tentu membutuhkan keterampilan sendiri mengolah data menjadi kata. Pastikan terlebih dahulu informasi/data apa saja yang akan dimasukkan. Misalnya, tempat tanggal lahir, pekerjaan, hobi, riwayat pekerjaan, karya yang sudah dipublikasikan, pengalaman pekerjaan, moto hidup, akun media sosial, dan informasi terkait lainnya. Dari semua data itu selanjutnya dirangkai menjadi kalimat kemudian paragraf. Biodata narasi biasanya menggunakan sudut pandang orang ketiga. Artinya biodata dalam buku ini ‘tidak’ ditulis oleh penulis sendiri, tetapi seolah-olah ditulis oleh orang ketiga. Dalam hal ini adalah pihak penerbit buku. (Sudomo, S.Pt.)
Saya kutip contoh biodata narasi pribadi yang ia buat dan dicantumkan pada buku-bukunya.
Sudomo, S.Pt. Seorang pencinta formula fisika, gejala alam semesta, dan rangkaian kata yang cinta mati dengan serpihan surga di bumi — Pulau Lombok ini awalnya menulis hanya untuk menumpahkan kegelisahan ide-ide di kepala. Ia meyakini, bahwa pada akhirnya akan besar dengan belajar dari hal-hal kecil di sekitar. Karenanya ia berusaha terus menjadi manusia pembelajar melalui berbagai kompetisi menulis. Pemilik buku antologi bersama penulis lain The Coffeeshop Chronicles (Bypass, 2012), Dong Ayok ke Lombok! (Dimensi Publishing, 2012), Dear Mama (Gradien Mediatama, 2013), Hororis Causa (AGPressindo, 2016), dan banyak lagi lainnya; buku duet Di Penghujung Pelukan (Mediakita, 2017) serta buku solo Cermin (Nulisbuku, 2011) dan Pahlawan Antikorupsi: Sudah Adil, Kok! (Funtastic M&C Gramedia, 2018) ini bisa dikenali lewat kata di blog pribadinya https://bianglalakata.wordpress.com atau Twitter/Instagram @momo_DM.
Anda sudah menulis buku antologi, bahkan buku solo? Tentu Anda diminta menuliskan biodata dalam bentuk narasi seperti di atas. Tidak ada bentuk baku, yang ada adalah data diri diungkapkan dalam satu paragraf layaknya sebuah cerita.
#Day18NovAISEIWritingChallenge
Sumber gambar:
<a href=”https://pixabay.com/id/users/mohamed_hassan-5229782/?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=3604240″>mohamed Hassan</a> dari <a href=”https://pixabay.com/id/?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=3604240″>Pixabay</a>
mksiih.. Pak..
Mantap Pak D
Kangen tulisan Pak D.
Yang ini tulisannya pendek, tapi padat berisi mudah di pahami.
Sampe skrng aku belum punya buku. 🙁
Terima kasih atas ilmunya, Pak. Di awal2, saya juga cukup bingung gimana nulis bio narasi. Hehe
Salam hangat selalu dari Curup
Matur nuwun sudah membagikan, Pak D. Semoga bisa semakin tersebar luas manfaatnya.
Mas Mo dan Pak D itu 2 manusia keren dg karya… makasih tak henti berbagi..
Bu Tin bisa saja. Modal utama saya hanya keinginan kuat untuk terus belajar, kok, Bu.