Profil “Soulmate” di Kamis Menulis
Menulis profil secara naratif? Wah, gampang-gampang susah. Mudah, karena data sudah ada tinggal merangkai menjadi kalimat. Susahnya adalah merangkainya menjadi cerita urut yang mengalir. Tidak terasa sebagai penggalan kisah yang diceritakan terpotong-potong.
Nah, berikut profil sahabat Lagerunal yang menjadi “soulmate” hasil undian Admin Grup Lagerunal. Untaian kalimat dan urutan cerita berikut adalah hasil renungan setelah membaca kiriman profil seorang guru luar biasa bernama Sri Yamini. Guru senior yang tahun ini menjejerkan angka lima pada kue ulang tahunnya.
Profil Sri Yamini
Saya belum pernah bertemu dengan Ibu Guru kelahiran Garut, Jawa Barat ini. Bertemu profil pun melalui grup menulis Cakrawala Blogger Guru Nasional. Andai tidak ada tantangan menulis profil sahabat Lagerunal, saya tidak mengenal ibu itu dan tulisan sederhana ini tidak akan Anda temui. Bersyukur, ya? Pasti.
Penulis dua buku tunggal dan puluhan buku antologi ini sarat prestasi. Guru PNS di SD Negeri 210 Babakan Sinyar Kelurahan Sukapura Kecamatan Kiaracondong Kota Bandung ini adalah guru yang sangat sabar. Betapa tidak? Delapan belas tahun sembilan bulan ia tahan mengabdikan diri di dunia pendidikan sebagai guru honor. Benar-benar bangkotan, ya? Atau lumutan? Saking lamanya menyandang predikat guru honor atau wiyata bhakti, sebutan ketika saya dulu menjadi honor selepas Sekolah Pendidikan Guru (SPG) tahun 1989.
Waktu adalah sesuatu yang sangat berharga. Jangan mempergunakan waktu tanpa tujuan adalah motto kesuksesan ibu 2 orang anak ini.
Sebenarnya, Ibu Sri Yamini memiliki empat orang anak. Namun anak pertama dan ketiga lebih disayang Tuhan. Mereka dipanggil pulang oleh-Nya ketika masih bayi. Ikut sedih, saya mendengarnya.
Sekarang Ibu Sri Yamini bersama suami, Bapak Ayi Mury, ditemani buah hati mereka yang nomor dua dan empat. Lumayan jauh jarak usia keduanya. Yang tua kuliah semester tiga, adiknya masih SMP kelas dua. Ini mirip dengan keadaan di rumah saya saat ini. Anak saya ketiga kuliah semester satu sedangkan adiknya yang bungsu masih kelas dua.
Menulis Apa yang Dilakukan
Menurut saya, Bu Sri Yamini adalah guru yang ulet. Selain itu, beliau adalah guru yang rajin. Nasihat: Lakukan apa yang kautulis, dan tulislah apa yang kaulakukan, rupanya beliau amalkan. Terbukti, buku Kegiatan Selama Pandemi Covid 19 Belajar Daring Guru dan Siswa berhasil diterbitkan. Demikian pula Anugerah Apresiasi Pendidikan Tahun 2018 Kategori Guru Penulis Terbanyak dari Kepala Dinas Kota Bandung diterimanya. Itu adalah bukti bahwa nasihat yang sering saya terima itu diamalkannya dengan baik.
Keuletan dan dedikasi telah membawa guru lulusan S1 PGSD UPI Bandung ini menerima berbagai penghargaan. Penerima Penghargaan Tahun 2020 dalam Pengabdian, Dedikasi, Loyalitas, dan Prestasi Kerja dari Kepala Dinas Kota Bandung.
Dibandingkan saya, yang mengenal komunitas menulis pada pertengahan 2020, wanita yang sering menyebut “ibu” sebagai pengganti kata “saya” ini sudah bergelut dengan berbagai grup menulis sejak tahun 2016. Komunitas yang diikuti Teteh Sri: KPLJ (Komuntas Pegiat Literasi Jawa Barat) tempat LPMP Jawa Barat tahun 2016, TWC Batch 6 (Teacher Writing Camp) di Wisma UNJ Jakarta tahun 2016, Sagusaku IGI (Satu Guru Satu Buku) di Bandung tahun 2017, Sagusaku IGI (Satu Guru Satu Buku) di Cimahi tahun 2018, KPPJB (Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat) di Cianjur tahun 2019, Grup Menulis SD _MI di Bogor tahun 2019, Grup Menulis Master Wijaya Kusumah tahun 2020, Grup Komunitas Blogger Guru Indonesia tahun 2020. Wow! Pantas saja, 26 buku antologi berhasil diikuti.
Obat Stress Teteh Sri
Teteh Sri, si sulung dengan empat orang adik ini, keterampilan menulisnya sungguh luar biasa. Ternyata ia adalah kompasianer! Tidak kurang dari 103 artikel sudah dituliskan pada blog keroyokan bergengsi itu. Tidak heran, Teteh Sri bergabung di Kompasiana sejak 21 Oktober 2015!
Saya beruntung. Undian “soulmate” (tanda kutip lo ya), pasangan menulis profil tantangan Lagerunal mempertemukan saya dengan ibu luar biasa ini. Teteh pengagum ayah ini adalah inspirator bagi kaum milenial yang serba “mudah” melakukan sesuatu. Cerita tentang “kerja keras dibarengi doa” dapat pembaca temui pada tulisan-tulisannya di kompasiana maupun di blog pribadinya.
Saya jadi makin tertarik menjadi sahabatnya. Penulis yang suka berseloroh bahwa menulis itu obat stress dapat kita kepoin profilnya di Facebook: https://www.facebook.com/sri.yamini.391. Instagram: https://instagram.com/sriyamini14, blog https://literasingeblog.blogspot.com.

Ibu Tya, makasih.
Betul-betul Masternya, saya harus banyak belajar nih
Penuh makna menggugah asa…bravo pak. Jd baperan..he
Hai, terima kasih Pak Imam.
Sepertinya selalu ada sub judul di setiap tulisan.
Suka baca tulisan Pak D. Mengalir seperti air
Bu Hajjah, harus mengalir biar tidak banjir. Terima kasih.
Mantap, Pak D. Asyik dibaca.
Mazmo, Siap. Terima kasih.
Seperti biasa, tulisan yang mengalir dan pemilihan kata yang tepat membuat tulisan Pak D seru untuk dinikmati hingga titik terakhir.
Terimakasih Pak D.
Salam Hebat untuk Ibu Sri
Terima kasih, pak.
Luar biasa pak tulisannya
Profil ibu Sri sungguh menginspirasi untuk semangat dalam bekerja dan berkarya
Menginspirasi sekali.
Uraiannya panjang dan lebar, namun jelas mengalir seperti cerita…
Ingin menceritakan apa yang diceritakannya, Pak.
Luar biasa… Master Susanto, trimks atas apresiasi yg tdk terlupakan. Dengan adanya kita berpasangan dlm menulis profil di blog. Pengetahuanku bertambah
Begitu ya, Ibu. Terima kasih kembali sudah berkenan berbagi pengalaman.
Mantap, Pak.
Mengalir kok.
Sukses.
Salam Literasi
Bu Erry, terima kasih.