BLOG SUSANTO

Blognya Pendidik yang Mencintai Pendidikan dan Pembelajaran

artikel

Menyelisik Buku “Sepenggal Kisah Pengabdian”

Salah satu bentuk kasih sayang terhadap generasi muda dan sesama penulis adalah dengan membeli dan membaca bukunya. Saling membeli atau bertukar buku adalah wujud kasih sayang antarpenulis. Karena keterbatasan, saya belum bisa banyak membeli buku tulisan teman-teman. Namun, karya teman-teman dalam bentuk tulisan keroyokan, seperti buku yang baru saya beli, Sepenggal Kisah Pengabdian, bagi saya wajib dimiliki.

Buku antologi berjenis memoar itu ditulis oleh Tim Nubar Pemuda Penggerak Kabupaten Musi Rawas. Para penulis yang berkisah di dalamnya terdiri dari para guru (ASN dan Honorer), Kepala PAUD, Tenaga Medis, Pejabat Dinas Pendidikan, Ketua PGRI Kabupaten, Penulis, dan Mahasiswa. Mereka bekerjasama dengan para Pengajar Muda Indonesia Mengajar Penempatan Kabupaten Musi Rawas.

Sebagian besar dari mereka adalah kolega dan sahabat-sahabat saya di Forum Komunikasi Kelompok Kerja Guru, PGRI, maupun Pramuka. Nama-nama seperti Elisabeth Novia Asni Utami, Nasirun, Sarto, Septian Wiranata, Sukasno, Yeni Wiharni, dan Bung Raslim adalah nama-nama yang sangat tidak asing. Mereka adalah kolega dan sahabat saya yang sering bertemu dalam berbagai kesempatan. Bahkan Bung Raslim, sebagai Ketua PGRI Kabupaten Musi Rawas, berkenan memberikan kata pengantarnya pada buku memoar yang saya tulis sebelumnya. Sementara, nama-nama seperti Dewi Kruniati, Echa Sriyanti, Lukman, Mustakim Jayusman, Muzayanah, Kelvin Aryani, Rika Afriani, Sherli Fitri Veronica secara pribadi saya belum mengenalnya lebih dekat. Namun, mereka adalah penulis, pemuda, dan tokoh inspiratif yang dedikasinya tidak diragukan lagi di Musi Rawas, Sumatera Selatan.

Buku Memoar Karya Tim Nubar Pemuda Penggerak Kabupaten Musi Rawas

Kisah yang mereka tuturkan dalam buku Sepenggal Kisah Pengabdian adalah pengalaman, curahan hati, dan harapan dari para penulisnya. Buku ini, menurut subjudul pada sampul adalah “Kumpulan Kisah Inspiratif Para Penggerak Pendidikan di Kabupaten Musi Rawas”.

Menurut kata pengantar sang penulis, penyusunan buku tersebut berawal dari gagasan teman-teman Pengajar Muda Indonesia Mengajar Angkatan XX Penempatan Musi Rawas. Nunur Nuraeni, Edo Prayogo, Anindita Rauda Kirana, Khansa Balqis Hubbina, Zidni Rahmatika, Zidny Ziaulhaque, adalah para Pengajar Muda IM XX Penempatan Musi Rawas yang memberi quote pada jeda-jeda halaman. Mereka pun memberikan kata pengantar pada buku 158 halaman itu.

Bulan Februari 2022 adalah bulan terakhir Indonesia Mengajar Angkatan XX mengabdikan dirinya. Buku antologi gagasan mereka bersama Pemuda Penggerak Musi Rawas-Lubuklinggau adalah karya kolaborasi dalam rangkaian Indonesia Mengajar PAMIT. Mereka yakin sepenuhnya bahwa setiap jejak akan terhapus dan tergantikan, hanya karya yang bisa melanjutkan dan mengabadi. Buku antologi “Sepenggal Kisah Pengabdian” dipersembahkan sebagai kenang-kenangan bersama tentang perjuangan yang tak akan pernah berhenti.

Identitas Buku

Berikut identitas buku setebal lebih kurang 100 mm ini.

Judul buku: Sepenggal Kisah Pengabdian

Subjudul: Kumpulan Kisah Inspiratif Para Penggerak Pendidikan di Kabupaten Musi Rawas
Pengarang: Tim Nubar Pemuda Penggerak
Penerbit: CV Laditri Karya, Baturaja Sumatera Selatan
Ilustrasi: Yuli Sulastri
Editor: Kelvin Aryani dan Tim Laditri Karya
Desain Sampul dan Isi: Tim Laditri Karya
Tahun terbit beserta cetakannya: 2022, Cetakan Pertama
Tebal buku: 25 halaman Romawi (xxv) dan 128 halaman
Harga buku: Rp75.000,00

Kelebihan

Salah satu makna memoar adalah catatan atau rekaman tentang pengalaman hidup seseorang. Para guru, pemerhati pendidikan, pemuda penggerak memiliki pengalaman hidup, terutama berkaitan dengan pendidikan. Kisah mereka masing-masing dihimpun menjadi sebuah buku dengan tema yang sama, kisah paling berkesan dalam perjalanannya sebagai guru maupun kecintaannya pada dunia pendidikan.

Tidak kurang dari empat tokoh yang paling berpengaruh terhadap pendidikan di Kabupaten Musi Rawas ikut memberikan testimoni. Mereka adalah Ir. Hj. Ratna Machmud, M.M (Bupati Musi Rawas), Letkol. Inf. Erwinsyah, S.H, M.Si. komandan Kodim 0506 MLM, Azandri, S.IP. (Ketua DPRD Kabupaten Musi Rawas), dan Irwan Evendi, S.Pd., M.Pd. (Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Musi Rawas).

Ilustrasi sampul berupa gambar animasi gedung sekolah dengan warna merah, coklat hijau, dan biru cukup eye catching dan memberi kesan sederhana dan lembut. Seakan memberi cerita bahwa pendidikan adalah proses pendewasaan anak yang mesti diwarnai dengan kelembutan, jauh dari kekerasan, terbebas dari ketakutan-ketakutan. Sejuk dipandang mata.

Tulisan judul berwarna putih yang kontras dengan gambar latar membuat buku itu mudah dibaca dan ditemukan. Ditulis dengan huruf kecil semua menyiratkan, lagi-lagi kesederhanaan. Seakan berbicara kepada pembaca bahwa tulisan yang tersaji di dalamnya adalah tulisan sederhana dan hanya sepenggal kisah dari penulisnya, namun berharap mampu menginspirasi dan memantik munculnya karya-karya besar. Haltu tersurat pada halaman vii bahwa, kisah inspiratif di dalamnya bisa menjadi referensi kontributor pendidikan lain untuk melakukan hal yang sama atau bahkan lebih hebat dari apa-apa yang telah tertulis di dalam buku.

Di dalam buku ini terdapat lima belas cerita dengan berbagai gaya penulisan. Ada cerita tentang menjadikan sekolah rumah kedua yang menyenangkan dengan kepedulian, cerita tentang psikolog, ular, dan batang pinang, perjalanan seorang pendidik, serta kisah-kisah lainnya. Lima belas tulisan itu ditutup dengan sebuah tulisan berjudul Perjalanan yang Belum Usai yang ditulis oleh Kevin Aryani.

Kekurangan

Selain banyaknya hal yang menjadi kelebihan buku memoar yang sebagian besar ditulis oleh penulis baru, terselip beberapa hal yang sebenarnya tidak perlu. Beberapa hal yang jika tidak dilakukan akan menjadikan buku ini sempurna adalah terkait dengan penerapan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Tidak banyak, sih. Namun, pada beberapa tempat cukup mengusik proses membaca saya.

Penulisan awalan di yang dipisah dari kata dasar ( di ucapkan, h. 133), kata hubung “antar” yang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya (antar konsep, h. 34), kata sandang “non” yang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya (non pendidik, h. 57) adalah penulisan ejaan yang cukup mengganggu.

Selain itu typo atau kesalahan penulisan kata-kata, seperti kesepatan dan bahawa (h. 136). Juaga kata “indonesia” dan “kebanggan” pada halaman 137 adalah kesalahan yang tidak perlu.

Penggunaan kata tanya “yang mana” dan “di mana” pada kalimat yang mungkin penulis bermaksud menegaskan, menurut saya lebih baik dihilangkan. Coba perhatikan yang ada pada halaman 5.

Aku menceritakan kisah nyata dari televisi yang mana supir ojek online membunuh penumpangnya, ternyata baru diketahui bahwa penumpangnya adalah teman SMP yang dulu pernah melakukan bullying padanya.

Kata yang mana sebenarnya bisa dibuang dan diganti dengan kata tentang.

Aku menceritakan kisah nyata dari televisi tentang supir ojek online membunuh penumpangnya, ternyata baru diketahui bahwa penumpangnya adalah teman SMP yang dulu pernah melakukan bullying padanya.

Demikian pula jika penulis tidak menggunakan kata tanya “di mana” yang bisa diganti dengan kata “ketika atau karena” atau bahkan diubah strukturnya agar “kalimat berita” tidak mengandung unsur “kalimat tanya” (halaman 34 dan halaman 137).

Kalimat yang mudah dipahami, satu di antaranya adalah kalimat tunggal. Struktur kalimat tunggal lengkap adalah S-P-O-K (Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan). Kalimat majemuk dengan anak kalimat dapat saja digunakan, namun panjangnya tidak lebih dari dua puluh kata. Jika terlalu panjang, apalagi strukturnya “kacau” tentu akan membingungkan pembaca.

Saya menemukannya pada halaman 144.

Selanjutnya, di kegiatan Kelas Inspirasi II Musi Rawas saya menjadi ketua pelaksana menyusun kegiatan Bersama Pemuda Mengajar Indonesia Mengajar, yang sangat ingin sekali berkontribusi untuk kemajuan daerah di mana tempat saya dibesarkan, yaitu Musi Rawas.

Kalimat tersebut terdiri dari 35 kata. Saya menyarankan agar kalimat tersebut dijadikan beberapa kalimat, misalnya:

Selanjutnya, di kegiatan Kelas Inspirasi II Musi Rawas saya menjadi ketua pelaksana. Sebagai ketua, saya menyusun kegiatan bersama Pemuda Pengajar Indonesia Mengajar. Pemuda Pengajar Indonesia Mengajar adalah kelompok pemuda yang sangat ingin berkontribusi untuk kemajuan daerah tempat saya dibesarkan, Musi Rawas.

Kalimat lain dengan struktur kalimat yang layak diperbaiki misalnya:

Di kelas Inspirasi II lokasi desa penempatan berubah hanya dusun panglero yang tetap menjadi lokasi Kelas Inspirasi II karena disebabkan curah hujan tinggi menyebabkan di Kelas Inspirasi I dusun panglero tidak bisa dijangkau.

Kalimat ini, menurut saya cukup membingungkan. Agar lebih mudah dipahami, kalimat yang terdiri ari 33 kata itu perlu diubah. Saya menyarankan perbaikan sebagai berikut.

Desa lokasi penempatan Kelas Inspirasi II tidak berubah. Dusun Panglero tetap menjadi lokasi Kelas Inspirasi II. Curah hujan yang tinggi menyebabkan Dusun Panglero tidak bisa dijangkau.

Dok. Pribadi

Penulis memiliki tanggung jawab untuk melakukan swasunting tulisannya agar mudah dipahami oleh pembaca. Akan tetapi, jika naik cetak menjadi buku, peran editor menjadi penting. Meskipun sudah dilakukan swasunting oleh si penulis, editor berhak mengedit struktur dan melakukan uji baca agar typo dan penggunaan ejaan yang tidak tepat dapat diminimalkan.

Penutup

Tiada gading yang tidak retak. Pun sebuah karya berupa tulisan. Namun, keberanian para kontributor pada proyek antologi bertajuk “Sepenggal Kisah Pengabdian” layak diapresiasi. Jika ada yang berkomentar miring, “Ah, hanya seperti itu, saya pun bisa” sesungguhnya demikian komentar pada kisah “Telur Columbus”.

Buku memoar antologi “Sepenggal Kisah Pengabdian” membuka mata bahwa, menulis itu tidak sulit. Menulis itu mudah, apalagi menceritakan sesuatu yang dialami. Hal itu selaras dengan nasihat bijak para guru menulis: tulislah sesuatu yang kamu alami, kamu kuasai. Jadi, apa alasan Anda tidak memulai menulis? Jika belum menulis, apa alasan Anda tidak membeli buku ini?

Artikel ini telah tayang di Kompasiana.

https://www.kompasiana.com/susantogombong/6211b42f586d295f592ad5c2/menyelisik-buku-sepenggal-kisah-pengabdian

Musi Rawas, 20 Februari 2022

PakDSus

Blogger Guru Musi Rawas

Susanto

Pendidik, Ayah 4 Orang Anak, Blogger, Penikmat Musik Keroncong.

8 thoughts on “Menyelisik Buku “Sepenggal Kisah Pengabdian”

  • Luar biasa buku antologi yang menggugah jiwa. Semangat yang perlu kita contoh. Menulislah yang kita kuasai mulai dari hal yang kita alami. Testimoni buku yang mantab Pak D.

  • Pasti ada pesan yg sangat bermanfaat terlepas dari adanya kekurangan.. saluut..

  • Selalu jeli menemukan hal yang tidak perlu ketika membaca.

    Sehat selalu Pak D

  • Woooowwwww…sangat detail sekali ulasannya… Terimakasih Pak D

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *