artikel

Ketika Hujan Memeluk Malam

Ilustrasi dibuat dengan Co Pilot Microsoft Edge

Malam Jumat, hujan deras mengguyur kota. Sesekali kilat menyambar, pun hembus angin yang cukup deras mengombang ambingkan rinai hujan sebelum menyentuh aspal jalan.

Tempias hujan membuat para anggota polisi yang piket di ruang piket Polres Kota merapat ke dinding bagian dalam. Bripka Andi dan beberapa temannya menikmati kopi sambil mengobrol ringan.

“Kak, sepertinya Kakak kurang sehat?” tanya Briptu Doni melihat rekannya terlihat kurang ceria.

“Ah, nggak. Hanya, badan kurang fit saja. Cuaca di kota kita kan beberapa hari ini kurang bersahabat,” jawab Andi berkilah.

“Apa kabar ayuk dan anak-anak, sehat ‘kan?” tanya anggota polisi yang masih lajang itu.

“Alhamdulillaah, sehat. kamu sendiri, masih betah njomblo, Don?” goda Andi.

Briptu Doni hanya terkekeh, “Doakan urusan lancar. Nggak lama lagi pasti ada janur melengkung di rumahku.”

Obrolan mereka terhenti ketika suara dering telepon seakan meyela pembicaraan mereka. Briptu Doni segera mengangkat panggilan telepon.

“Halo, Polres Kota, selamat malam. Ada yang bisa dibantu?”

Suara panik dari seberang sana membuat Briptu Doni menegakkan tubuhnya.

“Kecelakaan? Baik, Bapak. Lokasi di mana? Jalan Yos Sudarso? Baik, kami segera ke sana.”

Briptu Doni meletakkan telepon dengan cepat. “Kak, ada kecelakaan di Jalan Yos Sudarso!”

Para polisi yang berjaga segera berkoordinasi, kebetulan dua orang polisi itu, Bripka Andi dan Briptu Doni bersama satu orang lainnya ditugaskan ke Tempat Kejadian Perkara.

Mobil patroli berlampu strobo segera meluncur membelah hujan yang masih mengguyur Kota.. Sesampainya di lokasi, mereka disambut kerumunan warga yang mengerubungi sebuah motor yang ringsek. Di tengah jalan, tergeletak sesosok tubuh yang tak bergerak. Tampak mobil truk pengangkut bahan bakar gas berhenti tidak jauh dari lokasi.

“Tolong, beri ruang!” teriak Bripka Andi sambil berusaha menerobos kerumunan.

Briptu Doni segera mengamankan lokasi. Ia meminta keterangan dari beberapa saksi. Di antara mereka basah kuyup. Sementara itu, Bripka Andi memeriksa kondisi korban. Setelah mengambil beberapa petik foto korban yang sudah tidak bisa dikenali karena ia terlindas mobil tangki dengan ukuran besar, ia berkata kepada Briptu Doni.

“Korban meninggal dunia tidak bisa dikenali, Don,” ucap Bripka Andi dengan nada getir.

Mereka segera mengontak ambulans untuk mengevakuasi jenazah ke rumah sakit terdekat. Barang bukti kendaraan, yaitu sebuah sepeda motor, dengan dibantu warga dinaikkan ke atas mobil patroli. Beberapa saksi diminta ke kantor untuk dimintai keterangan.

“Sebelum korban kita evakuasi, coba periksa barang bawaan korban, Don. Mungkin ada petunjuk,” perintah Bripka Andi.

Briptu Doni dengan hati-hati memeriksa saku celana korban. Ia menemukan sebuah dompet. Beberapa lembar uang, kartu ATM, dan sebuah kartu identitas yang semuanya basah.

“Bagaimana, Don?” tanya Bripka Andi.

“Kak …,” suara Doni bergetar. Lalu setengah berteriak ia menyebutkan sebuah kata, “Bapak!”

Kartu Tanda Penduduk korban jelas menyebutkan nama dan alamat korban yang amat dikenali Doni.

Suasana olah TKP seketika berubah menjadi drama yang mengharukan.

Bandung, 6 Oktober 2024

Susanto

Pendidik, Ayah 4 Orang Anak, Blogger, Penikmat Musik Keroncong.

3 thoughts on “Ketika Hujan Memeluk Malam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *